“Ndak yo?”
“Aku ikut
ra?”
Singapura
bukan seperti liburan
pergi ke taman lele, harus dipersiapkan dari passpord, tiket pesawat, uang, hotel,
tempat wisata (yang harus memesan tiket) dan yang jelas bahasa inggris, tidak
seperti ke taman lele yang bisa mengunakan bahasa pribumi. Keluarga mulai membahas tentang ‘rencana’ ini,
tapi aku tidak ikut campur. Justru disaat keluarga membutuhkanku (membahas
rencana liburan ke singapura), aku menghilang (pergi ke Dpmall sama Sri Ratu).
Ngurus Passpord
Dan disuatu hari minggu, papahku berkata: “Louis, besok kamu ngurus
paspord sama mama mbe titi” (titi itu adikku, cewek). Dan setelah
dipikir-pikir, karena kegiatan
ini menyebabkan aku engga masuk sekolah,
oke aku ikut. Kira-kira jam 07.00 aku bangun, dibangunkan oleh suara
geledek, kira-kira bunyinya seperti ini “LOUIS, MANDI!”, yap itu adikku. Dengan
mata terbuka seadanya, aku mandi. Setelah mandi handukan, lalu pake baju.
Setelah itu nonton tv, menunggu mama menjemput kami. Emang saat itu mama masuk
sekolah, kasian. Beberapa jam setelah itu mamaku datang, kata-kata yang
diucapkan pertama kali saat
melihatku adalah “Ya ampun Louis, jam segini belum mandi!?”, sial,
ngejek anaknya sendiri dia. Setelah itu kami naik taksi menuju tempat pembuatan
passpord, namanya apa aku lupa. Kami masuk sana, terus mama ngomong-ngomong
sama Bapak-Bapak gitu, mungkin mau mbooking, mbooking antrian pass foto
maksudnya. Yap, tujuan kami kesini untuk pass foto passpord. Aku duduk, adikku
duduk, mamaku duduk, bapak-bapak itu duduk, menungu antrian. Beberapa
menit kemudian mamaku dipanggil, saat
itu jantungku deg-deg-kan, sungguh! Hpku gak ada sinyal! Ini tempat PRIMITIF!
Oke, aku ngalamun aja. Namaku dipanggil, lalu berjalan menuju sumber suara,
lalu aku duduk (disuatu tempat foto):
“Mas, duduk
tegap, mas” kata bapak-bapak yang ngurus foto pass
“Kepalanya
miring kiri mas”
“Miring
kanan dikit..”
Dengan
terpaksa aku rela diperbudak sama bapak-bapak itu, dalam hatiku ini mau foto
apa mau parkir, ga jelas tujuannya. Setelah itu kami pulang, naik taksi lagi,
ya sekitar jam 9 disaat sekolah mengadakan class meeting, aku benar-benar ‘meeting’
sekarang.
Persiapan Terakhir
Setelah mendapat tiket pesawat,
kamar hotel, tiket wahana wisata dan lain lain, kami tentu mempersiapkan
‘barang bawaan’, baik jiwa maupun raga. Dalam mempersiapkan jiwa, aku sudah
men-download Kamus Indonesia-Ingris (Offline) untuk mengatasi jiwa yang tidak
tenang jika menjalin kontak dengan decepticon, orang asing sehingga terucap kata-kata yang tidak
diharapkan, seperti “emmmmm.... nganuuu sir! NGANUU!!!”. Dengan kata lain untuk
jaga-jaga jika kebingungan vocab disana.
Dalam mempersiapkan raga, aku
membutuhkan 1jeans, 1kolor, 1celana pendek, 6 kaos, 2hem dan 8CD, semuanya
termuat dalam tas rebook ku yang bisa dibilang ukurannya tidak terlalu besar. Aku
percaya dengan mengunakan prinsip HPDL (Habis Pakai Dipakai Lagi), bajuku tidak
akan kekurangan dan tentu kegantenganku tidak akan berkurang. Tetapi prinsip
HPDL tidak berfungsi untuk CD.
Berangkat ke Bandara
Menit-menit
sebelum meningggalkan Indonesia atau lebih tepatnya 120 menit 37 detik, aku mengamati
keadaan lalu lintas di semarang dulu, ya sebagai perbandingan nanti dengan
keadaan lalu lintas di Singapura. Bis-bis kumuh berlalu-lalang kemudian disusul
angkot yang berhenti sembarangan, mobil mobil didominasi dengan inova, avanza,
dan xenia. Beberapa manusia menyebrang sembarangan, dan satu diantara ratusan
manusia itu sedang
jongkok dibawah jembatan banjir kanal, dengan posisi mohon maaf celana terbuka
setengah. Memasuki bandara kami harus bayar parkir sebesar Rp. 3000. Begitu
kami masuk bandara, aku melihat berbagai tipe manusia, ada tipe Eropa, tipe
Singapura, dan tipe Abudabi. Yang sedikit unik adalah manusia dengan tipe
abudabi yaitu kepalanya botak tetapi memiliki jenggot yang bisa dikatakan
gondrong dan kribo. Tipe manusia Singapura mungkin perpaduan antara indonesia
dengan korea, tinggi badan orang singapura seperti orang indonesia, sisanya
mirip korea baik warna kulit bentuk muka, bentuk tubuh, keuangan, dll. Jelas
tipe eropa mungkin bisa dibilang kalau jaman purba tipe ini sama dengan megantrophus
paleojavanicus, yap orang tipe eropa besar-besar dan tinggi-tinggi, dan tentu hidungnya yang
++.
Kami masuk dan mengantri di
tempat imirasi. Sekitar jam 09.46 kami selesai mengantri dan duduk menunggu pesawat datang menjemput.
Jujur, selama dibandara aku ketakutan, ini HP tetep aku nyalain atau aku
matiin, kalau aku nyalain dan tetep nyala sampai didalam pesawat, lalu sinyal
hpku menghalangi navigasi pesawat, terus pesawat kehilangan kendali, terus
pesawatnya jatuh, aku mati. Tetapi jika Hpku mati, aplikasi kamusku ga bisa aku
buka dan selama perjalanan aku tidak bisa mengenali bahasa asing dan seolah olah aku berada di suku anak dalam
sehingga saat seseorang menyapaku “heloo, good morning” dan aku menjawab “Tobanga
patrik! TOBANGADU!!”. Setelah dengan pemikiran yang mendalam dan kepasarahan
kepada Tuhan, aku memilih kumatikan Hpku, lebih baik tersesat ditengah jalan
dari pada belum jalan udah mati.
Didalam Pesawat
1 Jam berikutnya pesawat kami datang, kami masuk ke dalam pesawat,
tempat dudukku dinomor sekitar 20an lah pokoknya. Jadi didalam pesawat ini
tersedia sekitar 60 tempat duduk, dan belum termasuk tempat duduk pilot. Kamar
mandi 1 dibelakang. Dan setidaknya ada 2 pramugari dan 2 pramugara. 2
Pramugari, 1 diantaranya make upnya ketebelan dan sisanya benar benar cantik
natural. Sedangkan pramugaranya tidak aku pikir. Sebelum lepas landas, si
pramugari dan pramugara menunjukkan drama musical, eh. Ya semacam cara untuk
menyelamatkan diri jika terjadi kecelakaan. Perjalanan dari semarang ke singapura
memakan waktu 2 jam, dan selama 2jam itu kami duduk diam saja. Terkadang
sipramugari dan pramugara berkeliling menjajakan makanan dan sovenir. Yang
mengerikan di pesawat ini adalah harga air mineral sangat mahal, mungkin anda
bisa pikir pikir dulu mending beli air mineral atau pulsa. Lalu harga
makanannya juga mahal, mungkin kalo di pesawat itu menjual pecel, harganya
sekitar 50.000 per kotak box arisan. Sampai aku berkhayal jika didalam pesawat
terdapat indomaret, jadi misal kalo penumpangnya lagi bokek bisa beli indomi disana, atau
mungkin penumpang yang kesepian bisa datang ke minimarket: “Selamat datang, selamat
berbelanja”. Intinya jika didalam pesawat ini didirikan minimarket, akan
menyelamatkan penumpang yang mendekati ajal.
Sampai Di Singapura
Setelah hampir 2jam menhayal tentang minimarket in plane, pesawat kami
sampai di bandara Changi. Begitu
kami masuk kedalam bandara, begitu terasanya betapa primitifnya bandara Ahmad Yani.
Inilah bandara yang benar benar internasional. Setelah beberapakali foto, kami
menelusuri bandara yang kayak mall ini. Setelah keliling-keliling kami
mengantri diruang
imigrasi untuk cek passport, dan inilah bahasa inggrisku diuji. Di tempat ini
tipe manusianya kebanyakan tipe eropa dan sebagian saja tipe indonesia, semacam
kami dan para TKI yang bekerja di sini. Setelah antri beberapa menit, aku
berjalan menuju petugas imigrasi, dia tipe manusia bule dan dia sudah tua,
kemungkinan 0,99% bisa ngomong pake bahasa indonesia.
“You in
there with who? Are you alone?” Kata pak tua itu yang bisa aku cerna.
“no.. i with
family” jawabku gremeng
“oh..” kata
pak tua itu cuek.
“Thankyou”
Sautku sambil berjalan
Setelah itu
aku melihat mamaku ada sedikit masalah dengan kertas biodatanya*, lalu ia
menjawil papaku yang juga lagi ngurus passportnya, meminta bantuan. Setelah itu
aku fokus mencari tempat untuk menunggu mereka bersama adikku. Setelah aku
mendapat tempat tunggu, dibalik bahasa asing yang terucap dari sebagian besar
manusia disana, terdengar bahasa Indonesia bahkan itu lebih ke bahasa jawa.
Tidak jauh dari sampingku ternyata ada TKI
“Kwe meh
ngancani aku ing wc ora?
“Ora.. iki
gek golek majikanku..”
WOW!!! Ada
yan satu spesies dengan kami!! Tapi anehnya aku berlagak seperti orang asing agar tidak terjadi percakapan
seperti ini dengan TKI itu:
TKI:” hai
selamat siang.. dari indonesia ya?
Aku:”iya
kenapa ya mbak?
TKI:”cieh..
manggilnya pake mbak segala, lagi liburan ya dek? (Mulai manggil aku dengan
paraban sok deket)
Aku:”Iya
kenapa ya mbak?
TKI:”gapapa
si, liburan kemana dek?
Aku:”Singapura
lah mbak!”
Tki:”aduh
kok aku jadi lola gini yah dek kalo deket kamu, kamu masih single?” (KLIMAKS)
Aku:”TOBANGA PATRIK!! TOBANGADU!!”(pergi
menjauh)
Setelah berkhayal tentang PDKT
dengan TKI, orangtuaku datang, dan kami langsung melanjutkan perjalanan. Tujuan pertama kami adalah cari
makan, kami makan siang di bandara, di foodcourt nya, kami makan di kopitiam,
memesan nasi bebek dan mix ice
(nama indonesianya: es
campur). Berbahagialah anda yang sering nonton Upin Ipin, Walaupun ini
Singapura, Bahasa Indonesia lebih tepatnya bahasa melayu bisa dimengerti oleh
beberapa orang termasuk yang menjual makanan ini. Tetapi jika ada beberapa orang sini tidak mudeng, anda mungkin bisa
menggunakan bahasa bisu, biarlah tangan yang berbicara.
Setelah makan, kami menuju ke
MRT, ya semacam kereta gitu (Maklum wong ndeso). MRT jika di Semarang bisa
disebut dengan BRT. Dari bandara Changi ke tanah merah (Tempat), setelah itu
dari tanah merah ke lavender. Kami ke Lavender untuk check in Hotel, nama
hotelnya itu Fragrants (maaf jika ada kesalahan tulisan). Inilah saat yan
paling ditakuti oleh adikku, yaitu ‘ngomong mau check in hotel sama
petugasnya’.
Jika anda
berada di Singapura, tidak begitu bisa Bahasa inggris, lalu anda disuruh check
in hotel, susunan kata-kata apakah yang terucap dikepala anda?
A. “Can
us sleep in this hotel for 3 days?”
B. “For
3days, please.”
C. “Can
you speak Indonesian?”
Diantara
option diatas, jawaban yang paling benar adalah C. Tetapi untungnya pegawai
hotel ini ada yang langsung
bisa bahasa melayu tanpa kami menanyakan option C dan WALLA!! Papaku check in
di hotel ini kaya check in di hotel surakarta. Oke.. dapet kamar di lantai 3
nomor 311. Kamarnya kecil, lalu kami istirahat sebentar dan setelah itu kami
melanjutkan wisata ke Singapore Flyer, ya semacam komedi putar lah. Kami
berangkat naik taksi, dari Hotel ke Singapore Flyer harganya sekitar 8 dollar.
Lalu kami sampai, beli tiket. Ternyata yang jualan tiketnya juga bisa bahasa
Melayu, bahkan papaku bisa bercanda dengan si jualan tiket itu, ya taulah
guyunon orangtua:
masalah diskon tiket.Kami masuk dalam gedung itu, banyak counter-counter yan menjual banyak barang, tetapi
anehnya tidak ada counter pulsa dan hp bekas disini (samain di semarang aja
-_-).
Singapore Flyer adalah komedi
putar, dimana kita dimasukkan kedalam suatu kapsul yang disisi depan belakang
kiri kanan adalah kaca. Ditengahnya tempat duduk. Setelah itu kita semakin
meninggi dan klimaksnya kita bisa melihat pemandangan Singapore yang indah.
Setelah melihat pemandangan dari Singapore Flyer, kami menuju ke patung merlion. Dari Singapore
Flyer ke patung merlion tidak begitu jauh, karena kami sungguh menikmati
pemandangan disana. Setelah sampai di maskotnya neara Singapura, kami
foto-foto. Disana sangat ramai, ada kakek-kakek yang foto sambil mulutnya
mangap (seolah-olah air mancurnya masuk mulutnya), ada mbak-mbak yang tangannya
diangkat (seolah-olah air mancurnya masuk tangannya), ada mas-mas foto sendirian (seolah-olah jomblo)
pokoknya disana pada foto semua, sehingga kami hanya bisa foto
dibeberapa sudut saja, dan hasilnya juga tidak begitu bagus. Setelah itu kami
pulang hotel naik MRT, dan setelah itu tidur.