Sabtu, 12 Juli 2014

Jeng-Jeng di Singapura (Part1)

Oke.. Ini adalah hari dimana kami sekeluarga merubah ‘rencana’ liburan menjadi ‘kegiatan’ liburan. Sebelum terjadi yang namanya ‘kegiatan’ liburan, pasti perlu dibuat ‘rencana’ liburan, sama seperti pacaran dulu baru jadi mantan, bukan habis jadi mantan dulu baru jadi pacaran, orang seperti ini adalah orang dengan ciri-ciri gagal move-on. Oke ini adalah rencana liburan papah: liburan ke Singapura. Dalam lubuk hatiku yang terdalam berkata :
“Ndak yo?”
“Aku ikut ra?”
Singapura bukan seperti liburan pergi ke taman lele, harus dipersiapkan dari passpord, tiket pesawat, uang, hotel, tempat wisata (yang harus memesan tiket) dan yang jelas bahasa inggris, tidak seperti ke taman lele yang bisa mengunakan bahasa pribumi.  Keluarga mulai membahas tentang ‘rencana’ ini, tapi aku tidak ikut campur. Justru disaat keluarga membutuhkanku (membahas rencana liburan ke singapura), aku menghilang (pergi ke Dpmall sama Sri Ratu).

Ngurus Passpord

Dan disuatu hari minggu, papahku berkata: “Louis, besok kamu ngurus paspord sama mama mbe titi” (titi itu adikku, cewek). Dan setelah dipikir-pikir, karena kegiatan ini menyebabkan aku engga masuk sekolah,  oke aku ikut. Kira-kira jam 07.00 aku bangun, dibangunkan oleh suara geledek, kira-kira bunyinya seperti ini “LOUIS, MANDI!”, yap itu adikku. Dengan mata terbuka seadanya, aku mandi. Setelah mandi handukan, lalu pake baju. Setelah itu nonton tv, menunggu mama menjemput kami. Emang saat itu mama masuk sekolah, kasian. Beberapa jam setelah itu mamaku datang, kata-kata yang diucapkan pertama kali saat melihatku adalah “Ya ampun Louis, jam segini belum mandi!?”, sial, ngejek anaknya sendiri dia. Setelah itu kami naik taksi menuju tempat pembuatan passpord, namanya apa aku lupa. Kami masuk sana, terus mama ngomong-ngomong sama Bapak-Bapak gitu, mungkin mau mbooking, mbooking antrian pass foto maksudnya. Yap, tujuan kami kesini untuk pass foto passpord. Aku duduk, adikku duduk, mamaku duduk, bapak-bapak itu duduk, menungu antrian. Beberapa menit  kemudian mamaku dipanggil, saat itu jantungku deg-deg-kan, sungguh! Hpku gak ada sinyal! Ini tempat PRIMITIF! Oke, aku ngalamun aja. Namaku dipanggil, lalu berjalan menuju sumber suara, lalu aku duduk (disuatu tempat foto):
“Mas, duduk tegap, mas” kata bapak-bapak yang ngurus foto pass
“Kepalanya miring kiri mas”
“Miring kanan dikit..”
Dengan terpaksa aku rela diperbudak sama bapak-bapak itu, dalam hatiku ini mau foto apa mau parkir, ga jelas tujuannya. Setelah itu kami pulang, naik taksi lagi, ya sekitar jam 9 disaat sekolah mengadakan class meeting, aku benar-benar ‘meeting’ sekarang.


Persiapan Terakhir

                Setelah mendapat tiket pesawat, kamar hotel, tiket wahana wisata dan lain lain, kami tentu mempersiapkan ‘barang bawaan’, baik jiwa maupun raga. Dalam mempersiapkan jiwa, aku sudah men-download Kamus Indonesia-Ingris (Offline) untuk mengatasi jiwa yang tidak tenang jika menjalin kontak dengan decepticon, orang asing sehingga terucap kata-kata yang tidak diharapkan, seperti “emmmmm.... nganuuu sir! NGANUU!!!”. Dengan kata lain untuk jaga-jaga jika kebingungan vocab disana.
                Dalam mempersiapkan raga, aku membutuhkan 1jeans, 1kolor, 1celana pendek, 6 kaos, 2hem dan 8CD, semuanya termuat dalam tas rebook ku yang bisa dibilang ukurannya tidak terlalu besar. Aku percaya dengan mengunakan prinsip HPDL (Habis Pakai Dipakai Lagi), bajuku tidak akan kekurangan dan tentu kegantenganku tidak akan berkurang. Tetapi prinsip HPDL tidak berfungsi untuk CD.


Berangkat ke Bandara

                Menit-menit sebelum meningggalkan Indonesia atau lebih tepatnya 120 menit 37 detik, aku mengamati keadaan lalu lintas di semarang dulu, ya sebagai perbandingan nanti dengan keadaan lalu lintas di Singapura. Bis-bis kumuh berlalu-lalang kemudian disusul angkot yang berhenti sembarangan, mobil mobil didominasi dengan inova, avanza, dan xenia. Beberapa manusia menyebrang sembarangan, dan satu diantara ratusan manusia itu sedang jongkok dibawah jembatan banjir kanal, dengan posisi mohon maaf celana terbuka setengah. Memasuki bandara kami harus bayar parkir sebesar Rp. 3000. Begitu kami masuk bandara, aku melihat berbagai tipe manusia, ada tipe Eropa, tipe Singapura, dan tipe Abudabi. Yang sedikit unik adalah manusia dengan tipe abudabi yaitu kepalanya botak tetapi memiliki jenggot yang bisa dikatakan gondrong dan kribo. Tipe manusia Singapura mungkin perpaduan antara indonesia dengan korea, tinggi badan orang singapura seperti orang indonesia, sisanya mirip korea baik warna kulit bentuk muka, bentuk tubuh, keuangan, dll. Jelas tipe eropa mungkin bisa dibilang kalau jaman purba tipe ini sama dengan megantrophus paleojavanicus, yap orang tipe eropa besar-besar dan tinggi-tinggi, dan tentu hidungnya yang 
++.

 Kami masuk dan mengantri di tempat imirasi. Sekitar jam 09.46 kami selesai mengantri dan duduk menunggu pesawat datang menjemput. Jujur, selama dibandara aku ketakutan, ini HP tetep aku nyalain atau aku matiin, kalau aku nyalain dan tetep nyala sampai didalam pesawat, lalu sinyal hpku menghalangi navigasi pesawat, terus pesawat kehilangan kendali, terus pesawatnya jatuh, aku mati. Tetapi jika Hpku mati, aplikasi kamusku ga bisa aku buka dan selama perjalanan aku tidak bisa mengenali bahasa asing dan seolah olah aku berada di suku anak dalam sehingga saat seseorang menyapaku “heloo, good morning” dan aku menjawab “Tobanga patrik! TOBANGADU!!”. Setelah dengan pemikiran yang mendalam dan kepasarahan kepada Tuhan, aku memilih kumatikan Hpku, lebih baik tersesat ditengah jalan dari pada belum jalan udah mati.

Didalam Pesawat

1 Jam berikutnya pesawat kami datang, kami masuk ke dalam pesawat, tempat dudukku dinomor sekitar 20an lah pokoknya. Jadi didalam pesawat ini tersedia sekitar 60 tempat duduk, dan belum termasuk tempat duduk pilot. Kamar mandi 1 dibelakang. Dan setidaknya ada 2 pramugari dan 2 pramugara. 2 Pramugari, 1 diantaranya make upnya ketebelan dan sisanya benar benar cantik natural. Sedangkan pramugaranya tidak aku pikir. Sebelum lepas landas, si pramugari dan pramugara menunjukkan drama musical, eh. Ya semacam cara untuk menyelamatkan diri jika terjadi kecelakaan. Perjalanan dari semarang ke singapura memakan waktu 2 jam, dan selama 2jam itu kami duduk diam saja. Terkadang sipramugari dan pramugara berkeliling menjajakan makanan dan sovenir. Yang mengerikan di pesawat ini adalah harga air mineral sangat mahal, mungkin anda bisa pikir pikir dulu mending beli air mineral atau pulsa. Lalu harga makanannya juga mahal, mungkin kalo di pesawat itu menjual pecel, harganya sekitar 50.000 per kotak box arisan. Sampai aku berkhayal jika didalam pesawat terdapat indomaret, jadi misal kalo penumpangnya lagi bokek bisa beli indomi disana, atau mungkin penumpang yang kesepian bisa datang ke minimarket: “Selamat datang, selamat berbelanja”. Intinya jika didalam pesawat ini didirikan minimarket, akan menyelamatkan penumpang yang mendekati ajal.



Sampai Di Singapura

Setelah hampir 2jam menhayal tentang minimarket in plane, pesawat kami sampai di bandara Changi. Begitu kami masuk kedalam bandara, begitu terasanya betapa primitifnya bandara Ahmad Yani. Inilah bandara yang benar benar internasional. Setelah beberapakali foto, kami menelusuri bandara yang kayak mall ini. Setelah keliling-keliling kami mengantri diruang imigrasi untuk cek passport, dan inilah bahasa inggrisku diuji. Di tempat ini tipe manusianya kebanyakan tipe eropa dan sebagian saja tipe indonesia, semacam kami dan para TKI yang bekerja di sini. Setelah antri beberapa menit, aku berjalan menuju petugas imigrasi, dia tipe manusia bule dan dia sudah tua, kemungkinan 0,99% bisa ngomong pake bahasa indonesia.
“You in there with who? Are you alone?” Kata pak tua itu yang bisa aku cerna.
“no.. i with family” jawabku gremeng
“oh..” kata pak tua itu cuek.
“Thankyou” Sautku sambil berjalan
Setelah itu aku melihat mamaku ada sedikit masalah dengan kertas biodatanya*, lalu ia menjawil papaku yang juga lagi ngurus passportnya, meminta bantuan. Setelah itu aku fokus mencari tempat untuk menunggu mereka bersama adikku. Setelah aku mendapat tempat tunggu, dibalik bahasa asing yang terucap dari sebagian besar manusia disana, terdengar bahasa Indonesia bahkan itu lebih ke bahasa jawa. Tidak jauh dari sampingku ternyata ada TKI
“Kwe meh ngancani aku ing wc ora?
“Ora.. iki gek golek majikanku..”
WOW!!! Ada yan satu spesies dengan kami!! Tapi anehnya aku berlagak seperti orang asing agar tidak terjadi percakapan seperti ini dengan TKI itu:
TKI:” hai selamat siang.. dari indonesia ya?
Aku:”iya kenapa ya mbak?
TKI:”cieh.. manggilnya pake mbak segala, lagi liburan ya dek? (Mulai manggil aku dengan paraban sok deket)
Aku:”Iya kenapa ya mbak?
TKI:”gapapa si, liburan kemana dek?
Aku:”Singapura lah mbak!”
Tki:”aduh kok aku jadi lola gini yah dek kalo deket kamu, kamu masih single?” (KLIMAKS)
Aku:”TOBANGA PATRIK!! TOBANGADU!!”(pergi menjauh)

                Setelah berkhayal tentang PDKT dengan TKI, orangtuaku datang, dan kami langsung melanjutkan perjalanan. Tujuan pertama kami adalah cari makan, kami makan siang di bandara, di foodcourt nya, kami makan di kopitiam, memesan nasi bebek dan mix ice (nama indonesianya: es campur). Berbahagialah anda yang sering nonton Upin Ipin, Walaupun ini Singapura, Bahasa Indonesia lebih tepatnya bahasa melayu bisa dimengerti oleh beberapa orang termasuk yang menjual makanan ini. Tetapi jika ada beberapa orang sini tidak mudeng, anda mungkin bisa menggunakan bahasa bisu, biarlah tangan yang berbicara.
                Setelah makan, kami menuju ke MRT, ya semacam kereta gitu (Maklum wong ndeso). MRT jika di Semarang bisa disebut dengan BRT. Dari bandara Changi ke tanah merah (Tempat), setelah itu dari tanah merah ke lavender. Kami ke Lavender untuk check in Hotel, nama hotelnya itu Fragrants (maaf jika ada kesalahan tulisan). Inilah saat yan paling ditakuti oleh adikku, yaitu ‘ngomong mau check in hotel sama petugasnya’.
Jika anda berada di Singapura, tidak begitu bisa Bahasa inggris, lalu anda disuruh check in hotel, susunan kata-kata apakah yang terucap dikepala anda?
A.      “Can us sleep in this hotel for 3 days?”
B.      “For 3days, please.”
C.      “Can you speak Indonesian?”
Diantara option diatas, jawaban yang paling benar adalah C. Tetapi untungnya pegawai hotel ini ada yang langsung bisa bahasa melayu tanpa kami menanyakan option C dan WALLA!! Papaku check in di hotel ini kaya check in di hotel surakarta. Oke.. dapet kamar di lantai 3 nomor 311. Kamarnya kecil, lalu kami istirahat sebentar dan setelah itu kami melanjutkan wisata ke Singapore Flyer, ya semacam komedi putar lah. Kami berangkat naik taksi, dari Hotel ke Singapore Flyer harganya sekitar 8 dollar. Lalu kami sampai, beli tiket. Ternyata yang jualan tiketnya juga bisa bahasa Melayu, bahkan papaku bisa bercanda dengan si jualan tiket itu, ya taulah guyunon orangtua: masalah diskon tiket.Kami masuk dalam gedung itu, banyak counter-counter yan menjual banyak barang, tetapi anehnya tidak ada counter pulsa dan hp bekas disini (samain di semarang aja -_-).
                Singapore Flyer adalah komedi putar, dimana kita dimasukkan kedalam suatu kapsul yang disisi depan belakang kiri kanan adalah kaca. Ditengahnya tempat duduk. Setelah itu kita semakin meninggi dan klimaksnya kita bisa melihat pemandangan Singapore yang indah. Setelah melihat pemandangan dari Singapore Flyer, kami menuju ke patung merlion. Dari Singapore Flyer ke patung merlion tidak begitu jauh, karena kami sungguh menikmati pemandangan disana. Setelah sampai di maskotnya neara Singapura, kami foto-foto. Disana sangat ramai, ada kakek-kakek yang foto sambil mulutnya mangap (seolah-olah air mancurnya masuk mulutnya), ada mbak-mbak yang tangannya diangkat (seolah-olah air mancurnya masuk tangannya), ada mas-mas foto sendirian (seolah-olah jomblo) pokoknya disana pada foto semua, sehingga kami hanya bisa foto dibeberapa sudut saja, dan hasilnya juga tidak begitu bagus. Setelah itu kami pulang hotel naik MRT, dan setelah itu tidur.

Title: Jeng-Jeng di Singapura (Part1); Written by Unknown; Rating: 5 dari 5
Komentar Facebook
0 Komentar Blogger

Tidak ada komentar: