Senin, 17 Maret 2014

Cerpen Goda-Goda

Aku adalah siswa yang cerdas, orangtuaku selalu berkata begitu kepadaku. Cuman katanya doang tapi. Kenyataannya aku ini seorang pemalas, kemalasanku ini sudah terbukti karena sewaktu penerimaan rapot kenaikan kelas SD. Aku deg-deg-an bukan main. Keringat dingin sudah mulai membasahi badan, bahkan membasahi teman sebelah, doa-doa yang ku ucapkan begitu khusuk, bahkan  kutulis doa-doaku itu di Facebook berharap ada yang nge-like. Kenapa aku begitu paniknya saat penerimaan rapot kenaikan kelas? karena aku takut tidak naik kelas karena malas belajar.

            Sekarang aku sudah SMA, tanpa tinggal kelas. Syukur kepada Tuhan. Tetapi di SMA ini aku memiliki tekad untuk merubah sifat malasku, ingin menjadi siswa yang rajin, ingin menjadi apa yang orangtua harapkan kepadaku.

          
  Setiap hari aku berangkat sekolah diantar oleh orangtua, dan tiba di sekolah tidak pernah telat, belum pernah aku datang terlambat. Ini adalah bentuk tekad ku untuk menjadi rajin. Biasanya siswa yang datang lebih awal itu memiliki tujuan tertentu, ada siswa yang datang lebih awal untuk bisa belajar, ngobrol, ataupun piket pagi. Tetapi ada beberapa oknum yang memiliki 1 tujuan berbeda, yaitu agar bisa membuat PR berjamaah. Itulah alasan lain mengapa aku tidak pernah terlambat masuk sekolah.

            Hari Senin, saat pelajaran sejarah, Bu Guru memberikan 30 soal dan harus selesai di pertemuan berikutnya, berhubung Minggu depan UHT. Tapi parahnya, soal 30 itu itu didominasi dengan awalan kata 'Jelaskan'. Biasanya pertanyaan dengan awalan kata 'jelaskan' itu seperti ini:

1. "Jelaskan tahap-tahap pembentukan bumi!"

2. "Jelaskan 5 kelas pada filum Mollusca!"

3. "Jelaskan isi dari UU No. 12 Tahun 2006!"

Dan aku yakin, tidak hanya aku saja yang 'nyengir' saat liat pertanyaan no. 3.

            Karena aku ingin bertekad untuk rajin, pulang sekolah aku mulai 'nyicil' mengerjakan soal itu tadi. Aku mengerjakan di kantin, karena saat itu kantin sedang sepi. Mulai kubuka dan kucari jawaban nomer 1. Tiba- tiba kegiatan belajarku terganggu dengan adanya aroma nasi goreng mie. Aroma ini menggodaku untuk tidak belajar. "Jaya, Jangan belajar terus, ayo makan." suara itu terlintas di dalam perutku yang keroncongan, aku menjawab "Aku harus buat tugas!". "Kalau kamu enggak makan nanti kamu mati lho!" Goda aroma Nasi goreng mie kepadaku. Aku mulai tergoda untuk makan, dan setelah berdebatan dengan suara hati akhirnya aku makan dengan lahap.

            Setelah kenyang, aku memilih belajar di lain tempat, karena pasti akan ada aroma teh 'goceng' dan aroma-aroma lainnya yang menggodaku jika aku terus berada di tempat itu.  Gallery menjadi pilihan tempat belajarku yang paling aman. Mulai kuambil dan kucari jawaban yang dari tadi masih nomer 1, tiba-tiba godaan muncul kembali, lewat Michael yang lagi asyik main game Flappy Birds. Godaan itu berkata  "Ayo jaya, main Flappy Birds  aja, burungnya kalo dipencet bisa terbang gitu. Jangan
belajar terus..". Aku menjawab "Aku harus buat tugas!". "Jaya, gak cuman bisa terbang main flappy birds juga bisa meredakan emosi, asyik deh!" Goda game Flappy Birds. Aku mulai tergoda untuk main game. Dan 5 menit kemudian HPnya Michael nyaris aku banting karena high scoreku engga lebih dari 5.

            Setelah emosi main Flappy Birds, aku menyesal. Semua waktu ku yang harusnya buat belajar malah terganti dengan hal-hal yang tidak penting. Aku tidak bisa menahan godaan-godaan, tekad ku untuk menjadi rajin hanyalah sebatas tekad saja, tidak ada tindakan. Aku duduk di halte BRT menunggu Si Semut menjemputku. Tidak lama kemudian, Dwi datang menghampiriku dan berkata "Jaya! Dari tadi kerjaanmu cuman makan sama main terus, kapan belajarnya!?", aku cuman diam, yang ada di pikiran ku saat ini cuman tidur dan tidur. "Ya udah, gini aja! aku ajak kamu belajar bareng sama aku, sekarang, gimana?" kata Dwi. "Belajar bareng? Boleh. Ayo Dwi!" jawab aku semangat.

            "Kita beneran belajar disini dwi? inikan lapangan KONI di Tri Lomba Juang!"(KONI itu semacam lapangan olahraga, Tri Lomba Juang itu nama jalan si Semarang) 
tanyaku. "Iya kita belajar disini, suasananya enak buat belajar" jawab Dwi. Memang suasana disini sejuk banyak angin, bikin fresh buat belajar. Kami bagi tugas, Aku mengerjakan nomer 1-15, Dwi mengerjakan nomer 16-30. Mulai kuambil dan kucari jawaban yang dari tadi masih nomer 1, tiba-tiba godaan muncul kembali, lewat seorang wanita cantik seumuranku yang lagi jogging melintas dihadapan kami dengan pakaian yang 'kekurangan kain. "wuih cantiknya tuh cewek kalo lagi lari!" kata Dwi frontal. Memang cantik sih, tapi aku harus belajar!(suara dalam hatiku untuk belajar sedang membara). Godaan datang lagi, wanita cantik itu duduk agak jauh disampingku, mungkin untuk istirahat dari joggingnya. "Jay! Ajak kenalan dong!" kata Dwi frontal. Tetapi ini memang kesempatan yang bagus untuk tukar nomer HP, oke lah. (semangat dalam hatiku untuk PDKT lebih membara dari pada belajar) "Hai mbak...." sapa ku. "Hai?..." jawab wanita cantik itu. "Boleh kenalan?" tanya ku. "Boleh." jawab wanita cantik itu. Akhirnya kami kenalan sama wanita cantik itu, Katarina namanya. "Lagi sibuk ya kalian?" tanya Katarina. "Enggak kok, lagi menikmati suasana lapangan KONI" jawabku. "ha!?.. menikmati suasana KONI berduaan gitu? kalian homo!?" tanya Katarina. Setelah akhrinya meyakinkan kepada Katarina bahwa kami tidak homo, aku juga berhasil tukeran nomer HP sama dia, akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing.

            Setelah sampai dirumah, aku langsung membuka buku sejarah dan mulai mencari jawaban yang dari tadi masih nomer 1. Tiba-tiba godaan muncul lagi, kini godaan datang dari hpku yang mendapat kiriman SMS dari Katarina. SMS tersebut isinya "hai", lalu aku balas "Hai juga", lalu Katarina tanya "lagi apa mo, homo?", melihat kiriman SMS tersebut aku mengemasi buku sejarah, dan aku membalas, "lagi tiduran nih", dan akhirnya aku ketiduran, tanpa mengucapkan kata-kata selamat tinggal kepada Katarina.

            "Duar!" Jam menunjukkan pukul 6.30 pagi, aku langsung bergegas ke kamar mandi. Setelah mandi tanpa sabunan dan tanpa busana, aku menyusun jadwal dan langsung berangkat ke sekolah. Setelah 7 bulan di kelas 10, untuk pertama kalinya aku telat. Aku dihukum untuk tidak boleh masuk kelas saat jam pertama. Dan aku lupa, jam kedua adalah pelajaran sejarah. Mati aku, aku belum ngerjain PRnya sama sekali! TEEEEEEEEEET... Bel jam pertama telah usai, dan berganti jam kedua. Aku duduk,
menyiapkan buku. Suara guru yang tidak ku harapkan mulai terdengar: "Baik anak-anak, keluarkan tugas yang kemarin saya berikan!" jawab Bu Guru. Lalu Bu Guru mulai berkeliling mencari 'mangsa' atau bisa dibilang mencari siapa yang belum mengerjakan PR. "JAYA!! MANA KERJAAN MU!?" Tiba-tiba ada suara geledek di-iringi suara penggaris kayu menyambar, "Lupa, Bu Guru" jawabku melas. "JAYAA!!!...(Bu Guru mulai ceramah)... Sekarang kamu kerjakan PRnya diluar!!!" bentak Bu Guru.  Dalam hatiku, aku menyesal, tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Aku membawa buku dan berjalan ke luar kelas sambil menundukkan kepala. Dan dari pengalamanku ini, aku sadar bahwa sebuah tekad tidak akan berarti jika tidak ada tindakan. Dan tidak ada sebuah tindakan tanpa godaan.





"Jika kita serius dalam belajar, godaan seperti apapun

tidak akan mempengaruhi kegiatan belajar kita."

Goda-Goda



 
Title: Cerpen Goda-Goda; Written by Unknown; Rating: 5 dari 5
Komentar Facebook
0 Komentar Blogger

Tidak ada komentar: